Kamis, 21 Maret 2013

Satu Waktu di Malam Hari....

Waktu kadang-kadang bergulir dengan cepat, terkadang juga berlenggang dengan lamban. Seperti waktuku hari ini, berjalan perlahan, bagaikan putri keraton yang berjalan sambil berlutut demi mendatangi sang raja, penuh hormat, tetapi, lama....

Aku memperhatikan sekitarku, kursi makan besar yang cukup untuk menampung 6 orang, tetapi duduk di kursinya masing-masing ya, bukan duduk di atas meja saling susun menyusun. Ada kakakku di seberang sana, lagi-lagi sedang mengomeli anak sulungnya, yang baru saja menerima hasil ujian.

"aduuuuh kamu ini.. bla bla bla bla... gak seperti teman-teman kamu yang rangking... bla.. bla.. bla..." capek aku mendengarnya.

Daguku bertumpu di atas kedua tanganku, aku sarjana Psikologi, belajar tentang Psikologi Pendidikan, pernah juga menjadi terapis untuk anak-anak berkebutuhan khusus, tapi rasanya semua ilmu yang kupunya akhirnya luluh disini, alias tak terpakai.

Psikologi untuk Anda... itulah konsep pertama yang diajari di semester pertama aku duduk di bangku kuliah. Dulu aku menertawakan istilah itu karena terkesan tak bertanggung jawab dan tidak bisa dijadikan contoh, sedangkan orang yang belajar di area psikologi seringkali dituntut banyak oleh lingkungan, dan diharapkan orang terbaik dalam masyarakat. Akhirnya aku menggaris bawahi kalimat terakhir yang kupikirkan. Iya, sekarang aku mengerti konsep itu,  Psikologi untuk Anda... adalah batas agar para lulusan Psikologi tidak merasa tertuntut, tidak tertekan untuk selalu menjadi sempurna, seperti ilmu, teori dan konsep yang dipelajari.

Intinya, Psikolog juga adalah manusia, dan manusia unik, juga tak harus menjadi sempurna.

Tentunya pemikiran ini  baru muncul setelah aku setua ini.

Jadi ingat, dulu, tahun-tahun awal kelulusan, ketika ilmu-ilmu Psikologi masih melekat pekat dalam ingatan, dan diamali oleh perbuatan. Aku sangat idealis, semua selalu dikembalikan pada teori, pada konsep dasar, akhirnya konflik tak terbendung.

Merupakan hal yang lumrah, walaupun kata-kata seorang lulusan Psikologi di dengar dengan hormat oleh orang-orang di luaran, tetapi tak dianggap oleh keluar. dan aku, pernah mengalami hal itu. Pertengkaran, genjatan senjata, perang dingin. Itu juga pernah melalui masa laluku, hingga akhirnya aku menyerah, lebih baik aku diam dan memperbaiki diriku sendiri, daripada aku ikut campur dengan urusan kakakku dalam membesarkan anak-anaknya.

Apakah caraku benar? entahlah, tetapi yang aku tahu, kita hanya boleh membantu orang yang memang membutuhkan bantuan kita, untuk orang yang tidak membutuhkan bantuan kita? ya biarkan saja.

Akhirnya aku tidak mau ambil pusing dalam cara kakakku mendidik anaknya, hanya memberikan sepetan kecil kepadanya "jangan cuman nuntut anak, bimbing dong" kemudian melanjutkan lagi mengetik, mengetik artikel ini, hehehehe....