Rabu, 11 April 2012

Arsitektur Gedung Tinggi di Indonesia

Arsitektur gedung tinggi di Indonesia sebagaimana dengan negara-negara berkembang lainnya yang baru merdeka pada pertengahan abad 20, dimulai pada periode arsitektur "International Style".
Bangunan tinggi pertama di Indonesia adalah "Hotel Indonesia", di Jakarta (1959) karya arsitek Amerika Abel Sorensen dan Wendy Sorensen yang penggunaannya diresmikan tanggal 5 Agustus 1962. Dimana Hotel Indonesia sekarang telah beralih fungsi dan nama menjadi tempat perbelanjaan yaitu Grand Indonesia.Serta "Wisma Nusantara", di Jakarta, karya arsitek Jepang dengan ketinggian 30 lantai dengan menerapkan teknologi tahan gempa.
Kedua bangunan ini terletak berseberangan pada bundaran air Tugu Selamat Datang (Bundaran HI) dan merupakan titik awal dari perkembangan gedung-gedung tinggi di Indonesia. Dengan dibangunnya Jl. Jend. Sudirman pada awal 1960-an terjadi perkembangan gedung-gedung tinggi pada koridor Jl. Jend. Sudirman dan Jl. M.H. Thamrin pada awal 1970-an.
Begitu juga dengan Jl. H.R. Rasuna Said yang dibangun pada tahun 1970-an. Sebagaimana dengan negara-negara berkembang lainnya, pertumbuhan gedung-gedung tinggi yang mendominasi wajah kota dilaksanakan tanpa kendali sehingga bangunan yang hadir kurang memiliki pemahaman terhadap kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakatnya.
Hal ini terus berlangsung dan mencapai puncaknya pada tahun 1989-an dan mendadak terhenti pada pertengahan 1997 karena krisis ekonomi yang masih berlangsung sampai sekarang. Ternyata keberadaan gedung-gedung tinggi terutama di Jakarta, Bandung dan Surabaya sangat berperan dalam mengantarkan kita pada krisis yang berkepanjangan.
Sekali lagi membuktikan bahwa arsitektur bisa menjadi simbol kemakmuran suatu negara tapi juga bisa sebagi simbol kehancuran/bangkrut. Dan kita ditakdirkan pada pilihan yang terakhir.
INFO LEBIH LANJUT KLIK LINK DI BAWAH INI !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar