Sabtu kemarin aku makan disebuah restoran tulang jambal bersama teman2ku... mencicipi kehidupan lain selain bekerja dan terus bekerja. Kami berbicara sampai akhirnya masuk ke topik kesuksesan dan kegagalan, lalu dengan bangga aku berseloroh... “aku adalah zombie berkali-kali jatuh, terpuruk, bahkan mati suri, kemudian bangkit kembali dari kuburannya”.
Yes, I am A Zombie... Kalau ada orang iseng yang memfilemkan kegidupanku dari kecil hingga dewasa sekarang ini, mungkin orang dapat memastikan, nih orang dalam kehidupannya sering banget jatuhnya hohohoho...
Kita contohkan saja waktu aku masih kuliah dulu di kampus tercinta Jatinangor. Aku kuliah di Fakultas Psikologi yang textbooknya tebal-tebal, dalam sehari aku harus membawa textbook bahkan lebih dari satu, sedangkan kelemahan aku adalah memahami bacaan, dalam bahasa Indonesia aja sulit, apalagi bahasa Inggris. Hingga akhirnya pada semester empat, ketika nilai-nilai dikeluarkan, aku dapatkan nilai-nilaiku sangat berbahaya, iya aku terancam DO (bagi yang belum tau, DO= Drop Out), hehehe... Lemas sekujur badanku memikirkan masa depanku yang suram, Diba seorang mahasiswa Drop Out dari Sebuah fasilitas ternama hahaha memalukan, bagaimana kata orangtuaku, bagaimana kata tetanggaku, keluarga besarku, memalukan, dan apalagi... bagaimana kata dosen waliku, Bang Amir... celaka duabelas, aku sangat takut sama dosen waliku, Bang Amir, pasti kalau tahu semua nilaiku “jeblok” aku akan dicerewetin seharian, disindir di semua kuliahnya dan aku tidak bisa berpikir hal terburuk apalagi. Akhirnya dengan menguatkan seluruh jiwa dan raga, aku menelpon bang Amir, toh pada akhirnya beliau akan tahu nilaiku jelek... jadi kenapa harus diundur waktunya?
Ruangan jurusan sangat sepi, aku memasuki ruangan itu, dalam pikiranku aku sudah menyiapkan semua jawaban yang mungkin akan dipertanyakan dengan segala rasionalisasinya.
“Nilai saya banyak yang D bang...” aku berbicara dengan tubuh dikecilkan dan suara melemah.
Tidak seperti respon yang aku bayangkan, beliau malah lebih lembut dan berkata “kamu kenapa Diba...?”
Sontak aku kaget semua pembenaran yang sudah aku siapkan hilang, aku malah menangis dan berkata “aku gak tau bang... aku sudah belajar...”sambil terisaka... dan banyak hal lainnya yang aku ceritakan. Lalu akhirnya ia memberiku banyak ketenangan dan memberikan solusi dalam pendidikanku.
Aku pulang dan bercerita kepada sahabatku Winny, kebetulan saat itu sedang semester pendek aku dan Winny juga mengambil semester pendek. Mata kuliah yang aku ambil salah satunya adalah mata kuliah Bang Amir, Psikologi Sosial, aku mengambil untuk memperbaiki nilai C ku. Waktu itu mau ujian, aku membaca catatanku berkali-kali, tetapi karena innatensi.. berkali-kali juga aku memperhatikan orang-orang yang lewat didepanku, istilahnya mudah teralih dengan stimulus lain. Melihat hal itu Winny menjadi geregetan, lalu mengambil inisiatif untuk memfokuskanku, ia memperhatikanku, mengingatkanku setiap kali aku teralih perhatian, memberi aku tugas membaca dan mengetes apakah aku memahami bacaanku. hahahah kalau aku mengingat ini, aku mengingat kerjaanku sekarang seperti terapis perilaku untuk anak ABK, hahahaha ternyata aku juga pernah diterapi perilaku oleh Winny. Oh iya kita kembali lagi ah... Akhirnya aku dapat nilai bagus dalam mata kuliah ini, alhamdulillah. Sedikit memberiku kepercayaan diri, ternyata aku tidak sebodoh yang aku pikirkan, aku hanya... tidak bisa memusatkan perhatianku. Alhamdulillah hal ini berdampak baik pada nilai2 di semester berikutnya.
Aku memang sering jatuh, aku terpuruk, bisa juga aku mati rasa, mati suri, namun aku kembali, aku bangkit kembali bagaikan seorang zombie yang nyawanya tidak pernah habis, namun aku akui hal-hal paling berat kualami, tidak bisa kulewati tanpa orang-orang yang dikirim Tuhan untuk menyelamatkan aku, terima kasih Tuhan, terima kasih Teman.. puisi ini kuberikan untuk semua teman2ku, i love u all... thanx to become some one important in my life.....
*Kenapa ya? Terkadang teman itu serasa tidak berarti
Tetapi kita akan kehilangan tanpanya,
Kenapa ya? Terkadang pembicaraan teman bisa menyakiti
Tapi kemudian kita bisa tertawa lagi dengannya,
Kenapa ya? Terkadang teman tak dapat dipercaya
Tapi kita tetap mau memegang tangannya,
Kenapa ya? Terkadang teman terlihat tak menarik
Tapi kita masih mau berteman dengannya,
Kenapa ya? Terkadang pendapat teman tak dapat disetujui
Tapi kita masih mau mendengarkannya,
Kenapa ya? Terkadang perilaku teman menjengkelkan
Tapi kita masih dapat menerimanya,
Lalu ketika kita melakukan hal yang sama dengan teman,
Teman-pun berdiri dengan sabar disebelah
Persahabatan itu
Terlihat seperti suatu ikatan yang sangat kuat,
Tapi sebenarnya sangat rapuh...
Lantas ketika ikatan tersebut telah rusak
Haruskah sahabat berpisah?
Atau sahabat harus mengganti
dengan ikatan yang lebih kencang lagi?
Tetapi dengan simpul yang paling indah
Thank u palls