Minggu, 28 November 2010

Apakah Anak Saya Perlu Dihukum?

Sekitar 1,5 tahun yang lalu saya berantem sama kakak saya mengenai keikursertaan saya dalam mengasuh anaknya yang subhanallah... dulu mah bandel banget!!!
Saya pernah sakit hati karena kakakku menceritakan bahwa saya sering menghukum anaknya kepada teman-temannya, yang tentu saja saya di anggap negatif oleh teman-teman beliau, menurut merekea berdasarkan ilmu psikologi , seorang anak tidak seharusnya dihukum dan dipaksa, melainkan dibiarkan saja mengikuti keinginan mereka. Dan saya sebagai seorang sarjana psikologi dikatakan melenceng dan tidak pantas uihhh.....
Tapi aku... hehehe karena saya yakin saya benar, ya saya terus menghukum keponakan perempuanku apabila dia melakukan kesalahan... alasannya?
Penasaran gak? berikut ini adalah Hukuman bagi ahli psikologi lainnya .....


Sigmund Freud
Berdasarkan teori psokoanalis Freud, perkembangan psikis dibangun dari dorongan alam ketidak sadaran dan insting. Baginya, perkembangan kepribadian  terdiri dari tiga bagian yang saling berhubungan yaitu Id, Ego dan Super Ego.
  • Id merupakan sistem kepribadian yang asli, tempat Ego dan Super Ego berkembang. Energi yang menyediakan seluruh daya untuk menjalankan  kedua sistem lainnya. Merepresentasikan dunia batin pengalaman  subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif.
Prinsip reduksi ketegangan yang merupakan cara kerja Id adalah pleasure principle, menghindari rasa sakit dan mendapatkan kenikmatan. Sebagai contoh apabila seseorang lapar, maka ia akan membentuk khayalan untuk menghilangkan rasa lapar itu, namun proses ini tidak mampu mereduksi tegangan.
  • Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi yang sesuai dengan dunia nyata. Orang yang lapar harus mencari makan.
Id hanya mengenal kenyataan subyektif jiwa, sedangkan ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam batin dan diluarnya. Ego menyusun rencana untuk memuaskan kebutuhan, lalu menguji dengan sebuah tindakan. Ia mengontrol tindakan  dan menentukan insting mana saja yang harus dipuaskan. Ia mengintegrasikan tuntutan id dan super ego.
  • Super Ego adalah perwujudan internal dari nilai dan cita-cita tradisional masyarakat yang diajarkan oleh orang tua melalui pemberian hadiah dan hukuman. Ia menentukan mana yang benar dan mana yang salah sesuai dengan norma masyarakat, dan kemudian terbentuk sebagai suara hati (consciense).

Lawrence Kohlberg
Kohlberg mengembangkan teori perkembangan moral berdasarkan teori perkembangan moral Piaget yang dimodifikasi dengan lebih luas dan detil.
Level I           : Perconventional Morality
  • Stage 1 : Obedience and punishment orientation
Untuk menghindari hukuman, anak menghormati kekuatan orang dewasa, biasanya orang tua.
  • Stage 2 : Naive hedonistic and instrumental orientation
Anak mengikuti peraturan demi mendapatkan penghargaan (pujian atau hadiah). Mereka saling berbagi, tetapi berdasarkan manipulasi demi mendapatkan kehendaknya daripada berdasarkan kesadaran atau keadilan, kemurah hatian, simpati ataupun perasaan belas kasihan.

Level II: Conventional Morality (Conventional rules and comformity)
  • Stage 3 : Good boy morality
Tingkah laku baik dirancang untuk mempertahankan kepuasan dan hubungan baik dengan orang lain. Anak mulai menerima regulasi (pengaturan sosial) dan menilai hal baik dan buruk dalam pengertian  seseorang yang berusaha melawan peraturan.
  • Stage 4 : Authority and morality that maintain social order
Seseorang menerima aturan dan keyakinan dalam masyarakat secara buta, mereka menghindari kritik. Mereka tidak hanya mengikuti standar individu tetapi juga harapan sosial. Menyangkut penerimaan sosial tanpa harus dipertanyakan. Penilaian perilaku hanya berdasarkan apakah seseorang mengikuti peraturan. Menurut Kohlberg, banyak orang yang tidak bergerak dari level moralitas ini.

Level III: Post Conventional Morality, Self-accepted moral principles
  • Stage 5 : Morality of contract, individual rights, and democratically accepted law
Pada tahapan ini seseorang memiliki fleksibilitas dari moralitas. Moralitas adalah berdasarkan persetujuan antara individu satu dengan lainnya yang muncul ketika harus mempertahankan permintaan sosial dan hak orang lain. Kontrak sosial dimodifikasi ketika orang-orang mendiskusikan alternatif yang lebih berguna bagi masyarakat secara rasional.


  • Stage 6 : Morality of Individual principles and conscience
Individu mengikuti standar sosial dan nilai-nilai ideal yang terinternalisasi. Tujuan mereka adalah menghindari hukuman Tuhan daripada di kritik orang lain. Mereka mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip abstrak yang melibatkan keadilan, kasih sayang dan kesamaan. Ini adalah moralitas berdasarkan menghargai orang lain. Individu yang telah mencapai tahapan ini memiliki moral beliefs individual yang tinggi yang mungkin akan membuatnya mengalami konflik dengan aturan yang ada di masyarakat.

                Setelah melihat kedua landasan teori diatas, kita akan dapat membuat kesimpulan mengenai fungsi dari hukuman itu sendiri. Hukuman merupakan suatu feedback negatif terhadap suatu perilaku yang tidak dapat diterima masyarakat. Dan merupakan suatu landasan awal dalam pembentukan moralitas dan suara hati manusia.
Hukuman adalah batasan bagi seseorang untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan.
Namun demi untuk melindungi hak-hak anak, kita perlu pula menggaris bawahi hukuman seperti apa yang harus diberikan. Menurut Psikolog Nahda Kurnia S.Psi, M.Psi, hukuman yang efektif sebaiknya tidak berupa hukuman fisik, ataupun perkataan sumpah serapah yang dapat menyakiti perkembangan psikis anak. Kita dapat mengambil hak anak (sebaiknya yang bermakna)  seperti menonton, mainan kesukaan,  kegiatan apapun yang disukainya atau bila perlu time out, dan komunikasikanlah setelahnya segera.
Sekarang, setelah semuanya menjadi jelas, penulis ingin membalikkan pertanyaan kepada pembaca, “apakah anak anda perlu dihukum?”.

Rabu, 17 November 2010

Jangan Lewatkan Kesempatan untuk Berhasil


Mau cerita dulu ah.... kali ini soal Trainning, hahahaha berhubung aku adalah DBK alias Dewasa Berkebutuhan Khusus makanya aku banyak sekali punya cerita, walaupun kebanyakan cerita kegagalan.... Hahahaha (bangga amet ama gagal ya?)
Tau kenapa aku bangga ama kegagalanku? karena aku yakin kegagalan adalah sukses yang tertunda, jadi kalau tidak pernah gagal.... apakah mungkin kamu bisa sukses? TIDAK... tahu.... hehehehehe, hanya Allah yang tahu rumus sukses dan gagal J
Hanya setiap kali aku mengalami kegagalan, aku bersyukur, karena aku tidak mau waktu yang aku lewati sia2... ketika kita menganggap setiap hal yang kita lakukan sebagai suatu kesia-siaan, maka kita menjadi orang rugi... so... belajarlah dari kegagalan, karena kegagalan adalah pengalaman, dan pengalaman adalah guru yang berharga, guru menghasilkan ilmu dan ilmu adalah harta yang abadi dalam kehidupan didunia dan insya Allah, Akhirat J
Aduh ngomongnya ngalur ngidul gini ya? hehehehehe
Dulu, waktu aku berada di semester akhir2, aku ikutan outbound  training bersama segenap teman-teman angkatan ku, kalau istilah outbound udah kebayang kan? hehehehe... artinya trainning dilakukan diluar ruangan, dialam terbuka... identik dengan manjat manjat J
Dan aku...... hehehehehe yang aku ingat ada 2 macam permainan saat itu... pamper poll (nulisnya gini?) dan two line bridge.... hehehehehe
Pamper poll, dinamakan begitu karena permainan ini (katanya sih) membuat seseorang merasa ketakutan sehingga kembali (mengalami fase regresi) menjadi bayi, bayi pake pampers kan? hahahaha.... dan karena aku sering gagal.... yah... aku gagal! gak seru amet ya ceritanya hahahaha tunggu aku pikir aku adalah pencerita yang baik J
Aku mencoba permainan ini sebanyak 3 kali dan hasilnya.... simak ya  
Pamper pol biasa dilakukan di tampat tinggi, waktu itu kami ada di atas pohon yang kira2 tingginya adalah 5 meter... sekitar 1-2 meter didepan ada sebatang kayu yang digantung (sejajar atau agak pendek ya?), dan kami harus melompat dari ketinggian 5 M, meraih batang pohon dan bergelantungan diatasnya, kemudian menjatuhkan diri, mempercayakan tubuh kita di topang oleh seikat tali panjang yang dipegang instruktur... kebayang ? kalau nggak .... ya.... hehehe (gak tau...)

1.    Percobaan pertama,  Aku terlalu takut, sehingga pada percobaan pertama, aku hanya menjatuhkan diri (gile ya... gak ada usaha bange sih nih orang.... ckckckckckc)
2.    Percobaan Kedua,  Aku mencoba, lagi agak konsentrasi namun masih ragu dan takut sehingga, batang pohon tidak aku dapatkan, cuman kesentuh dikit... hehehehe mengecewakan...
3.   Percobaan Ketiga, Aku pulang, mandi... kuliah... skripsi... lho? iya bener aku gak boong... soalnya dua tahun kemudian, aku ikut trainning lagi, hehehehe dengan permainan yang sama... dan, aku takuuuut banget... aku ingat ingat lagi kenapa sebelumnya aku gagal dan akhirnya aku mengerti karena pada saat aku takut, aku lupa bagaimana caranya melompat (aneh ya? padahal dirumah aku dipanggil si Kangguru, karena sering lompat2). Karena takut, akhirnya aku belajar lompat, bukan diatas, di bawah... dan hahahah memalukan... teman2ku melihat tindakanku yang aneh itu aku menyimpan dua kayu yang berjarak 1-2 meter didepanku, lalu aku berkali-kali-kali meloncat. Ada orang yang berkata “woi loncat doang gak usah belajar!!!”, dan aku? aku gak peduliiii, dulu aku gak belajar dan aku gagal... siapa tahu aku sukses sekarang... iya kan? Habis aku jadi bahan tertawaan teman-teman yang menganggap aku manusia lucu imut dan alien.... hahahahahah. Lalu aku menyiapkan diri, menaiki tangga wuih.... tingggiiiii banget.... aku aja ngos-ngosan... pada saat itu aku konsentrasikan pikiranku, dan berkata dalam hati ‘bisa... aku bisa...’, tiba di puncak aku menenangkan diri... aku berdiri di bagian paling pinggir dari papan yang disediakan isntruktur... aku perhatikan sebatang kayu yang digantung didepanku, aku perhatikan terus... ‘fokus...fokus... konsentrasi, bismillah’  lalu aku meloncat dan .... HAP!!! aku dapat!! hahaha aku dapat setelah dua tahun permainan itu menjadi obsesiku J

Baiklah aku mau cerita lagi, dengerin ya... kali ini permainan kedua two line bridge, jadi tali sepanjang .... (berapa ya?) heheheh dengan ketinggian 5 meter diulur sehingga menjadi seperti jembatan tali, kan ada dua satu lagi dimana ya? satu lagi diatasnya, untuk tangannya pren... hahahaha dan aku mencoba sebanyak 3 kali dalam jangka waktu 3 tahun.... ckckckckc ... tapi boong  J, ini dia keurutan kronologisnya (kaya apa aja Ya?)
1.   Pertama,  Aku memperhatikan teman-temanku menyebrangi jembatan itu... aku bertanya dan mengambil kesimpulan, dan kesimpulan yang aku ambil adalah... pelan-pelan, dan aku coba itu... tapi bisa dibayangkan gak? Tali pada ketinggian 5 meter, apa yang terjadi kalau kita berjalan dengan perlahan? Pada saat kita diatas, angin akan bertiup dengan kencang sekali... jadi karena aku berjaan dengan perlahan, aku mudah sekali goyah... dan akhirnya... jatuh deh....
2.       Jangan khawatir, aku mencoba untuk kedua kalinya, kali ini aku bertanya, bukan pada teman2 yang berhasil tapi pada instruktur, aku bertanya, “apa kesalahanku?” trus jawabnya “kamu terlalu pelan, agak cepat... kalau nanti goyang... lemaskan kaki” tapi, karena aku punya masalah dalam processing suara (alias masalah dengan persepsi auditory) kalimat terakhir yang kudengar menjadi “....kalau nanti goyang... lepaskan kaki” Hahahahaha alhasil, ketika aku goyang aku lepaskan kaki heheheheh dan ternyata aku malah duduk diatas tali.... hahahaha, melihat adegan bahwa dosenku memerintahkan aku untuk turun...hahahahahahahahaha, jadi deh aku pelawak diatas panggung tali... J
3.    Yang Ketiga,    Aku penasaran, dosen juga minta aku mencoba lagi, kali ini harus sampai berhasil katanya (mungkin  beliau takut pengalaman gagal ini bertahan sehingga besok aku tidak berani mencoba), aku coba... kali ini aku mencoba fokus, tetapi karena kesulitanku adalah itu, aku coba dengan cara berhitung,maka aku berhitung supaya fokus, ketika aku selesai menaiki tangga, intruktur berkata padaku... “kamu jalan aja... jangan pedulikan suara disekitarmu”. lalu aku berjalan... aku berjalan melawan hembusan angin yang sangat kuat itu, agak cepet... suara dibawah berkata “woi pelan2! nanti jatuh!” tapi aku tidak mendengarkan, aku sadar harus aku sendiri yang mengendalikan keseimbanganku, aku bergerak dengan cepat hingga akhirnya aku sampai ke tujuan. Alhamdulillah... aku tidak gagal dan membawa pengalaman gagal ke rumah. Justru aku membawa pengalaman luar biasa apalagi untuk menyelesaikan skripsiku... yang berjudul hubungan antara self-efficacy dan coping stress. Self Efficacy adalah keyakinan diri yang spesifik bahwa seseorang akan dapat menyelesaikan tugasnya, dan coping stres adalah penanganan stres. Ini adalah modelnya, ketika kita akan menghadapi tugas yang menuntut stres tinggi, kita kemudian akan mulai ragu terhadap kemampuan kita dan ketika kita mulai ragu maka setiap hambatan yang kita lalui akan menggagalkan kita, sama halnya dengan aku yang jatuh dari jembatan dua tali itu (pelan=ragu, iya kan?). Jadi ketika kita sedang stres, maka seharusnya kita identifikasi kemampuan dulu, pada saat yang bersamaan tumbuhkan keyakinan sehingga dengan sendirinya kita menangani stres yang kita alami. Gampang ya ngomongnya?tapi bener kan? intinya hidup itu harus yakin dengan apa yang kita perbuat, rasul aja menyuruh kita untuk meninggalkan keraguan J, so... apapun yang teman2 lakukan di bagian bumi lainnya, yakinlah dengan yang sedang kamu kerjakan, insha Allah, hasil akan menyusul usaha kita J


Minggu, 07 November 2010

Berusahalah, Kemudian Biarkanlah Tangan Tuhan yang Bekerja


Jadi ingat waktu pertama kali aku bergabung di IndiGrow, saat itu aku baru memegang satu anak dan nge-promt (membantu dianflame sebagai terapis untuk memudahkan anak menyelesaikan tugas) beberapa anak, dan sebagian besar anak dengan Diagnosis Autis Low Function. Saat itu aku menjadi promter seorang anak dengan diagnosa Autis, hari pertama, badanku keringatan karena harus memegangi badan anak berumur 2 tahun yang tantrum wuih tenaganya kuat sekali, pulangnya semua tangan dan kaki pegal, pegal. Minggu berikutnya ia muntah diatas celanaku, alhasil aku pulang naik angkot dengan celana bau muntah (huekk), hahahaha..... namun kami tetap berusaha konsisten terhadap usaha kami.
Setelah masa-masa pertarungan yang cukup melelahkan, tibalah saatnya bernafas lega, anak semakin patuh dan lumayan memahami instruksi-instruksi yang diberikan. Namun selesai seseorang melewati satu tahapan, ada tahapan lainnya yang harus dilewati, saat itu adalah konsep dasar yang seharusnya dapat dikuasai anak, ada hambatan, kita mulai bertarung lagi dengan waktu, terus-menerus memberi bantuan hingga akhirnya anak bisa mengerjakan sendiri, ketika melihat kemajuan anak kita sering merasa heran dan berkata “nggak nyangka ya dia bisa kaya gini”, lalu tersenyum menyadari ada campur tangan Tuhan didalamnya.
Selesai tugas dengan konsep dasar mulailah anak babbling, mengoceh seakan-akan anak bayi yang mau belajar ngomong, beberapa kali terapis berusaha membatu mencontohkan cara mengatakan ‘apa’, dll, walaupun ia mengetahui kalau mungkin saja anak tidak akan pernah bisa berbicara. waktu berlalu, tanpa kami sadari anak sudah mulai bisa mengatakan “halo”, kemudian “dadah” dan lama kelamaan berbicara... subhanallah... terapis selalu berkata, “tidak pernah tersirat anak bisa mengalami kemajuan seperti ini”, tapi dia selalu berusaha yang terbaik yang bisa ia lakukan, dan ternyata, setelahnya tangan Tuhan yang bekerja... bekerja dengan cara indah.
Sama halnya dengan aku ketika memutuskan bergabung dengan dbc-network sebagai consultant Oriflame, downlinenya bubudyan. Awalnya aku masih ragu, aku coba masuki web replikanya di dbc-network, mengisi formulir, mempelajari e-mail yang masuk setiap dua hari mengenai cara bekerja MLM  yang ciamik tersebut. Lama-kelamaan timbul sedikit keyakinan, namun agak ragu karena Oriflame ada sistem tutup poin, 75 BP setiap bulannya, takutnya tidak ada yang beli, mau untung malah buntung dan lain-lain, apalagi aku punya pengalaman mengikuti MLM lain dan ternyata modal yang keluar besar tidak untung apa-apa. Namun aku tetap bergabung dengan keyakinan bahwa rezki hanya Tuhan yang mengatur dan kita hanya bisa berusaha membuat Tuhan melepaskan rezki dari tangan-Nya untuk kita. Aku coba ikuti  anjuran bubudyan, yang penting usaha, berikan katalog pada siapa saja jangan malu dan menyerah, lalu follow up, rezki datang bianyanya tidak kita pahami darimana asalnya. Aku lakukan hal tersebut dengan keyakinan hasil yang kita panen bergantung kepada usaha yang kita kerahkan.
Katalog pertamaku, ternyata aku tutup poin dalam waktu empat hari, meraih 75 BP, dan mendapatkan hadiah Welcome Program 1, katalog berikutnya orderan datang dari orang-orang  yang tidak disangka-sangka,  aku tutup poin dalam waktu yang tidak jauh berbeda bukan 75 BP, bukan 100 BP, melainkan 150BP, selain aku mendapatkan hadiah Welcome program 2, aku juga mendapatkan bussines class dapat membeli produk apapun dengan diskon 50% , selain itu aku naik level  3%, yang artinya aku akan mendapatkan bonus cash, belum terlalu besar sih paling hanya sekitar 20.000-an, tapi, ini kan masih permulaan? J, Setidaknya hal ini meyakinkanku bahwa esok akan menjadi lebih baik.
So... aku mau bertanya padamu...”Apakah kamu percaya Keajaiban?”
Aku percaya, namun aku percaya keajaiban hanya akan datang setelah kita berusaha... seperti kata-kata dalam judul tulisanku kali ini... Berusahalah, kemudian biarkan tangan Tuhan yang bekerja

Selamat berusaha! J